Jeruk dan si tukang daging

May 15

Sore itu kuputuskan untuk main kerumah tanteku, yang sebenarnya jarak
rumah kami tidak terlalu jauh. Hanya saja memang kesibukan satu sama
lain yang membuat kami jarang saling mengunjungi. Aku meminta bantuan
kakak sepupuku (anaknya tante ku, red) untuk menemani aku kesana, karena
misi kedatanganku selain untuk bersilaturahmi juga untuk membicarakan
"bisnis".

Sampailah aku dirumah kakak sepupuku, Nina namanya. Tentu saja diawali
dengan mengobrol ringan dengan Nina mulai dari mengenai lampu rumah,
krim muka, tips diet, lowongan kerja hingga curhatan serius mengenai aku
yang akan mengundurkan diri dari kantor. Tak terasa waktu sudah
menunjukkan waktu sholat isya, jadi sudah hampir 2 jam aku mengobrol
dengan Nina. Lalu kami putuskan untuk mendatangi rumah Orangtuanya, yang
hanya tinggal menyebrangi jalan dari depan rumah.

Bergegas kami memasuki pintu pagar, seraya berucap "Assalamu 'alaykum",
kemudian mengunci kembali pintu pagar yang telah kami lewati. "Waalaikum
salam.... skerkk..", terdengar suara dari dalam menjawab salam kami
sambil terdengar suara kunci pintu kayu yang dibuka. Tanteku yang
membukakan pintu ternyata, spontan Nina langsung mencium tangan ibunya
dan langsung mengatakan bahwa ada aku dibelakangnya, reflek ku juga
langsung menjulurkan tanganku untuk mencium tangannya.

Lantas ku ditawari untuk makan malam bersama, sebenarnya perutku tidak
terasa lapar tetapi untuk menghormati tuan rumah maka ku terima
tawarannya. Kami makan malam di meja makan, aku, Nina, tanteku, omku,
dan kedua orang adiknya Nina. Setelah makan malam selesai,
piring-piringpun belum dirapihkan. Om ku bercerita bahwa hari ini, kakak
dari suami anaknya datang kesini, guna bersilaturahmi, Kak Sholeh
namanya. Kak Sholeh bercerita kepada Om ku mengenai apa yang dialaminya
beberapa hari belakangan yang cukup menginspirasi hidupnya.


***

Kak Sholeh adalah dokter disalah satu Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta.
Suatu waktu, kak Sholeh menerima pasien, sebut saja namanya Ari. Ari
sedang bercerita kepada kak Sholeh sakit apa yang dirasa olehnya,
tiba-tiba Ari jatuh pingsan. Bergegas kak Sholeh memeriksanya, dan
ternyata Ari saat itu didiagnosa dalam keadaan koma kemudian diputuskan
bahwa Ari harus dibawa dan dirawat di Ruang Rawat Intensif (ICU).

Rupanya beberapa hari setelah Ari dirawat di ruang rawat Intensif itu,
seketika Ari sadar, bangun lalu tiba-tiba dia lari keluar dari rumah
sakit dan menghilang. Tentu saja hal itu membuat para tenaga medis
disana kebingungan, terutama kak Sholeh.

Beberapa hari kemudian Ari kembali menemui kak Sholeh, hanya saja kali
ini kedatangannya bukan untuk berobat melainkan meminta maaf atas
kepergiannya yang membuat heboh pihak rumah sakit dan juga untuk
memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi saat itu dengan dirinya.

Ari bercerita, sebenarnya saat ia berada di ruang rawat intensif itu, ia
bermimpi tiba-tiba ia berada disuatu tempat yang sangat lapang dan
berwarna putih. Dia perhatikan dirinya, ternyata dirinya berpakaian
putih-putih namun banyak robek dimana-mana, seperti compang camping.
Kemudian ia kembali memperhatikan sekelilingnya, banyak sekali
orang-orang yang berpakaian sama dengannya, hanya saja mereka sedang
memakan sesuatu dan sesuatu itu mereka dapatkan dengan memungutnya dari
tanah dan itu pun mereka harus berebutan satu sama lain untuk
mendapatkan makanan itu.

Hampir disekelilingnya ia mendapatkan pemandangan yang sama, saat dia
mencoba memandang jauh kedepan, dia melihat ada seorang ibu diujung sana
yang sedang berdiri tegak dan dikerumuni orang-orang yang kelaparan tadi
dibawahnya, seperti sedang memunguti sesuatu tadi. Ari sunggu penasaran,
hingga akhirnya ia bertanya kepada sang ibu, "wahai ibu, apa yang sedang
ibu lakukan?". Sang ibu menjawab, "saya sedang mengupas jeruk nak". "Ibu
mendapatkan dari mana jeruk itu?" kejar Ari. "Saya dapatkan jeruk ini
dari anak saya, nak", jawab sang ibu.

Tentu saja jawaban sang ibu membuat Ari semakin penasaran. karena
setelah Ari perhatikan dengan seksama, ternyata apa yang diperebutkan
oleh orang-orang yang sedang berjongkok disekeliling ibunya itu adalah
hanya kupasan-kupasan kulit jeruk, sedangkan sang ibulah yang memakan
buah jeruk itu. Akhirnya Ari pun bertanya kembali, "sebenarnya kiriman
macam apa yang anak ibu berikan sehingga ibu mendapatkan isi dari buah
jeruk sementara orang-orang disekeliling ibu hanya mendapat kulitnya?",
dengan nada mengejar. sambil mengeleng-gelengkan kepalanya, sang ibu
menjawab, "saya tidak tahu apa yang dikirimkan oleh anakku, nak.
Sungguh, Ibu tidak tahu apa yang anak ibu kirimkan. Tapi ibu sungguh
bahagia, kirimannya membuat ibu menikmati isi buah jeruk ini". Tanpa Ari
sadari, Ari bertanya "Anak ibu itu siapa?apa kegiatannya sehari-hari?".
Sang ibu pun menjawab, "anakku hanyalah orang biasa, dia hanyalah
seorang penjual daging sapi, nak". "Dimana tempatnya berjualan bu?"
kejar Ari. "Ia berjualan di pasar Mester, Jatinegara", jawab sang ibu.
"Titip salam ya buat anakku itu", sambung sang ibu. dan spontan Ari
mengangguk.

Nah, tepat sesaat sang ibu selesai menjawab, saat itu pula Ari siuman
dari koma dan segera berlari keluar dari rumah sakit itu.

Setelah Ari selesai bercerita, kemudian kak Sholeh bertanya, "Kamu
berlari kemana saat itu, ri?". Ari menjelaskan, bahwa saat itu dia
berlari menuju pasar mester, Jatinegara. Dia pergi kesana untuk mencari
anak sang ibu itu. dia bertanya kesana kemari, hampir seluruh tukang
daging dipasar itu telah dia tanyai, hingga sampailah ia ditempat tukang
daging yang dimaksud, yaitu anak sang ibu. Daging dagangannya masih
tergantung disana, tetapi tidak ada orangnya. kemudian Ari bertanya
kepada tukang daging lain, kemana pergi sang penjual. Si tetangga
berkata, " diketok saja pak mejanya, nanti juga keluar orangnya".

Ari pun akhirnya mengetuk-ketuk meja kios tersebut, tiba-tiba menyembul
kepala dari bawah mejanya. Sungguh gelagapan Ari dibuatnya, karena kaget
ada yang muncul dari bawah meja. Lalu Ari mengatakan, bahwa si abang
mendapatkan salam dari sang ibu. Kontan saja si abang kaget, lantas dia
berkata "ah si bapak bercanda, ibu saya sudah lama meninggal". Ari pun
berusaha menyakinkannya bahwa si abang ini benar-benar mendapatkan salam
dari ibunya dan Ari pun menanyakan perihal kirimannya, "bang, sebenarnya
abang lagi apa dikolong meja dan kiriman apa siy yang abang kasih buat
ibu?". "ga ngapa-gapain ko pak". Beberapa kali Ari mendesak sang abang,
tetapi jawabannya tetap sama, hingga akhirnya Ari menceritakan mengenai
mimpinya dan sang abangpun akhirnya memberitahu bahwa sebenarnya yang ia
lakukan dikolong meja adalah ia mengaji (membaca) al-qur'an. Menurut
sang abang, daripada ia bengong menunggui dagangannya yang kadang belum
ada pembeli lebih baik ia menunggu sang pembeli dengan menghabiskan
waktu dikolong meja sambil mengaji dan mungkin itulah yang dimaksud
kiriman oleh ibunya.

Tak terasa airmata kak Sholeh meleleh di pipinya, sambil seraya berkata
"Ari, terima kasih untuk kisah hidupmu. Insya Allah mimpi ini datangnya
dari Allah dan memberi hidayah kepada kita semua, terutama untuk kita
para anak agar tidak lupa untuk terus mendoakan kedua orang tua kita
melalui doa dan perbuatan baik lainnya". " amiin, insya Allah, sama-sama
pak dokter", jawab Ari.

***

Saat selesai bercerita, om ku berkata, "memang benar anjuran membaca
al-qur'an itu jauh lebih baik. Bacalah meski hanya satu ayat. Lebih baik
sedikit tetapi rutin daripada sekali baca banyak ayat tapi jarang."

note : Mari kita berlomba-lomba berbuat kebaikan, karena setiap kebaikan
yang kita buat akan memberikan 1000 kebaikan untuk sekeliling kita
terutama untuk orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang telah
tiada.

--
Miraa Nihlaa

posted under , , , , |

0 comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Bertanyalah Dulu

About Me

My photo
DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
Untuk pemesanan, info harga, diskusi, dll call me:0817.911.4305 Pin BB:By request (sms) email:miraa.nihlaa@yahoo.co.id

Jangan COpas!!

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker
Powered by Blogger.