Keluarga yang berkah
Sore hari ini aku mampir kerumah teman guna mengambil titipan majalah yang akan digunakan untuk peer dari salah satu tugas di komunitas. Mia nama temanku itu.
Kebetulan sekali saat aku tiba adalah sesaat setelah adzan maghrib selesai berkumandang. Ternyata Mia baru saja selesai menggelar sajadahnya dan bersiap untuk sholat, tepat iqamah dimasjid sekitar baru bersiap akan berkumandang.
Berdesir darahku menyaksikan itu semua. Mia itu sepertinya masuk kedalam kriteria wanita sholehah seperti yang digambarkan oleh tweet-tweet yang aku baca semalam, ciri-cirinya seperti sholat tepat waktu, rajin tahajud, puasa sunnah, taat kepada suami, dll. Hanya saja ia masih single, tetapi dia taat kepada kedua orang tuanya.
Saat itu rasanya meleleh air mataku, memikirkan betapa masih jauhnya aku dari kriteria itu, terkadang adzan berkumandang aku masih sibuk dengan "dunia" ku, bahkan hingga iqamah berlalu.
Ternyata tidak hanya ia seorang diri yang bergegas sholat saat adzan, tetapi juga ibu dan bapaknya serta juga sang nenek yang sedang ada dirumahnya. Terasa semakin kecil diri ini, berasa tak pantas meminta banyak kepada Allah karena menjawab panggilannya saja aku belum secepat mereka. Astaghfirullah..
Waktu sholat pun selesai, kami mengobrol ringan bersama. Tak sengaja sang ibu menceritakan saat kecil dulu, jika Mia ada tugas sekolah yang harus dikerjakan, ia suka menangis tersedu-sedu karena tidak bisa mengerjakannya. Sedangkan sang ibu tidak mampu membantunya karena tidak selesai dengan sekolahnya. Maka Mia kecil akan tidur sebentar setelah lelah menangis, lalu saat ia bangun dari tidurnya ia akan menemukan ilham untuk menjawab tugasnya tersebut.
Sungguh terenyuh aku mendengarnya, bagaimana tidak? sungguh Mia kecil adalah anak yang baik, terlihat sudah bibit kesholehahannya. Ketika tidak bisa mengerjakan tugasnya dia hanya menangis, tertidur dan mengerjakannya kembali hingga selesai. Kebanyakan anak jaman sekarang, ketika merasa tidak bisa mengerjakan tugasnya maka mereka akan menutup bukunya dan pergi bermain. Bahkan ada yang lupa jika Sang guru memberikannya tugas.
Suasana rumah Mia sungguh hangat, seperti keluarga seutuhnya. Ibunya begitu memuliakan tamu bahkan mereka berkali-kali meminta maaf karena keadaan rumahnya. Tapi sungguh, kehangatan sebuah rumah itu adalah hal langka dijaman sekarang ini. Mereka keluarga yang penuh dengan keberkahan dan hal seperti itu tentu dibangun dari rizki yang halal, pendidikan agama yang baik dan contoh perilaku yang terlihat.
Semoga Mia dan keluarganya selalu diberikan kebahagiaan hakiki oleh Allah SWT dan senantiasa dalam lindunganNya. Semoga mereka tidak kapok dengan kehadiran aku yang selalu mendadak :) dan semoga aku menjadi wanita sholehah...aammiinn..
0 comments:
Post a Comment