Kencangnya "Tarikan" Allah

Nov 08


Jakarta, 08 november 2012-23.15wib

menangis ku senggukan sambil mengendarai motorku diperjalanan pulang... rasanya sangat hina diri ini, dibalik semua kebaikan Allah yang tidak pernah bisa ku bayar kembali dengan ketakwaanku...

kedatangan ku ke AQL malam ini penuh dengan keraguan. Saat pagi sudah ku yakinkan diri dan hatiku untuk hadir dikajian malam ini. Sore itu aku sedang membalas sms sahabatku yang mengajak agar berbuka puasa bareng di sana. "jadi ifthor bareng ga?", demikian sms ku. sahabatku menjawab "up to u". percakapanpun berlanjut hingga akhirnya sahabatku mengatakan tidak dapat mengikuti kajian malam ini. Aku reflek berbicara sendiri “aku akan tetap hadir kajian meski sendiri, karena ini untuk mencari ilmu dan karena Alah SWT insyallah.

Akhirnya kuputuskan untuk pulang kerumah terlebih dahulu dan baru akan berangkat ke kajian dibilangan tebet sesudahnya. Sesampainya ku dirumah, ku dapati adikku yang terserang demam. Aku pun beranjak kedapur dan memasak sayur untuknya juga untuk makan diriku.
Tanpa ku sadari, waktu berjalan sangat cepat. Karena ku telah mendengar adzan isya berkumandang. Bergegas ku bereskan dapur, ku ambil nasi sepiring dan sayurnya untuk makan adikku. Tetapi dia menolak untuk makan dan memutuskan beristirahat lebih awal, maka terpaksa akulah yang menghabiskan makanan itu. Saat ku makan sembariku sms sahabatku, “adikku demam dan aku baru selesai memasak saat ini.”  Tapi tak ada respon darinya. Hati ku binggung, apakah aku berangkat kajian dan meninggalkan adikku sendirian atau tidak mengikuti kajian dan menemani adikku dirumah. Saat makananku mulai habis, ku kuatkan tekad dan hatiku , bahwa malam ini aku akan tetap berangkat untuk kekajian itu. Kemudian ku lengkapi isi tasku dengan alqur’an dan notes. Bergegas ku keluar, menyalakan motorku dan berangkat ke AQL. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 19.45 wib.
Tepat pukul 20.13 aku sampai disana. Tadarus membaca surat al kahfi baru saja selesai. Bergegas ku mengisi daftar hadir dan segera mencari tempat yang nyaman buat ku duduk. Sebelum dimulai kajian ada pengumuman mengenai donor darah, dari awal ada acara itu aku tertarik untuk ikut. Malam ini pun ustad sedikit memaksa dengan gaya leluconnya agar kami para peserta kajian mendaftarkan diri untuk acara donor. Kutorehkan namaku didaftar itu, insyallah Allah meringankan langkah kakiku karena ini pertama kali ku akan berdonor (yang dulu selalu gagal :) ).
Kajian dimulai dengan gaya ustad yang jenaka tapi sangat penuh dengan muatan. Kajian mala mini adalah tadabur surat al Baqarah ayat 74. Saat pembahasan mengenai ayat yang berhubungan dengan ayat yang ditadaburri (dikaji), ustad mengatakan “hafalkan surat al hadid ayat 16, karena para ustad, kiyai, ulama, dst yang merasa ibadah sunnahnya mulai kendur, yang sedekahnya mulai susah, yang tahajudnya mulai tidak bangun-bangun, yang subuhnya mulai kesiangan. Mereka baca ini berulang-ulang, mereka jadikan dzikir. Karena ini dapat melembutkan hati”.







Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs. Al Hadid (57) : 16

Astaghfirullah aladzim…gumamku dalam hati. Ustad seperti bisa mengetahui isi hatiku. Bahwa aku sedang gundah karena tahajudku yang susah bangun, subuhku yang terlambat, sunnahku yang terbengkalai. Tiba-tiba dimataku seperti ada aliran magma panas yang mendesak keluar. Buru-buru ku tahan dan kuputuskan mencatat detail tentang ayat tersebut.
Setelah memberikan renungan dari ayat yang dikaji malam ini ustad memberikan rumusan menghadapi hidup. Rumusan ini juga membuatku hampir menangis, menangisi kebaikan Allah yang menarikku untuk tetap dijalurNya (tetap ikut kajian contohnya-red)


Berikut rumusannya, 3 cara pandang manusia berdasarkan
1.      Sense ,berdasarkan indera.
a.       Seperti  2 jeruk + 2 jeruk = 4
2.      Perception , berdasarkan akal sehat.
a.       Seperti 2 jeruk + 2 jeruk tidak menghasilkan 4 jeruk dengan kualitas yang sama
3.      Believe, berdasarkan keyakinan
a.       2 penghasilan haram + 2 cara menyalurkannya haram juga = -4 (4 keburukan), atau
b.      2 penghasilan haram + 2 cara menyalurkannya halal = 0. Tidak mendapatkan keburukan dari penghasilan haramnya dan tidak mendapatkan kebaikan dari penyalurannya yang halal. Jika Allah mengabulkan doa taubatnya.
c.       2 penghasilan halal + 2 penghasilan halal = 2800 (4 penghasilan halal disalurkan dijalan Allah maka mendapatkan pahala 700x sehingga hasilnya 2800 pahala insyallah)

Saat ku perlahan memahami hakikat rumusan ini, saat itu pula ku  merasa malu, hina dan takut kepada Allah SWT. Karena rasanya Allah terlalu banyak memberikan kebaikan untuk ku tetapi tidak jua ku bayar dengan ketakwaan yang pantas terhadap Allah SWT.

Perjalananku malam ini ke AQL adalah hikmah dari kencangnya "tarikan" Allah . Allah bermurah hati dengan menarikku menghadiri kajian ini agar aku tidak bersedih hati. Allah berbaik hati  memberikan ku kesempatan untuk memperbaiki diri, menjadi orang yang bersyukur, orang tidak berhati keras, orang yang senantiasa menghidupkan qalbunya dengan asma Allah dan ayat-ayat Allah serta orang yang tidak lama-lama melupakan Allah dan tidak menjadi orang yang melanggar janjinya kepada Allah.

Bismillah… mari bergegas mendekat kepada Allah, lembutkan hati dan mari bersedekah dengan uang, harta, tasbih, tahmid, takbir, dan dhuha…

posted under | 0 Comments

Bukan Benar tapi Salah

Feb 16

Kesendirian itu mungkin malapetaka. Kesendirian itu tetap anugerah.
Hanya saja hidup bersama orang lain adalah anugerah yang lebih indah.

Mencintai dan dicintai dalam saat yang bersamaan juga anugerah yang indah. Apabila semua terangkai dalam koridor yang syar'I tentu semuanya akan jauh lebih indah dan menentramkan hati.

Masalah yang timbul dalam masyarakat kita belakangan adalah kesendirian menjadi sebuah momok mengerikan yang sewaktu-waktu menerkam jiwa dibandingkan cinta dan kebersamaan yang tidak terangkai secara syar'I.

Bukan tidak ingin meluruskan yang salah dan membelokkan yang hakiki.
Tetapi sesuatu yang awalnya tabu menjadi biasa karena terbiasa jauh lebih mudah mendapatkannya ketimbang yang memang muatannya sudah benar, seperti antara hamil diluar nikah dan pernikahan itu sendiri.

Pernikahan yang harus dilewati dengan banyak "syarat+ritual" justru membuat bisikan setan semakin lancar untuk membelokkan hati anak adam guna memilih yang lebih mudah tanpa banyak "syarat+ritual".

Kini, dimanakah kita berdiri?
bukankah dimana bumi berpijak disitulah langit dijunjung.
Tapi apa arti bumi dipijak, jika hanya celaka yang akhirnya kita dapat.

Semoga kita dapat melihat dengan hati yang jernih dan mata yang bersih.
Mana kebenaran yang harus dikatakan. Bukan hanya perbuatan yang membutuhkan pembenaran.

Nihlaa Hilaby
Senja hari,310120121901

posted under | 0 Comments

Mama dan Aku

Feb 16

          Keikhlasan seorang ibulah yang telah melahirkan aku dengan selamat kedunia ini. Aku memanggilnya mama. Mama lah mengajarkan banyak hal, terutama membersihkan rumah. Dari aku duduk dibangku SD kelas 2 aku sudah dikenalkannya dengan menyapu dan menlap lantai. Meski masih tidak terlalu kering perasaan airku yang membuat lantai rumah becek.

        Mama juga memaksa aku masuk dapur sejak SMP. Kebiasaanku sepulang sekolah langsung membantu menyapu atau melap lantai. Memasak nasi, memasak air, dll. Jika hari libur kadang aku membantu mencuci dan menyetrika. 

          Aku anak pertama dari 4 bersaudara, maka sudah sepatutnya mama menyiapkan aku sebagai pengganti dirinya. Mengajarkan ku untuk mandiri seperti menabung dari uang jajanku yang kelak dapat kugunakan untuk membeli kebutuhan ku sendiri, seperti sepatu, tas, dll. 

          Mulai aku duduk dibangku SMA, aku sudah mulai merasa bosan mengerjakan hal yang sama setiap hari, sedang adik-adikku tidak melakukan sebanyak tugasku. Banyak protesku terhadap perintahnya, kadang aku merasa jadi anak nakal. 

          Di akhir kelulusan SMA, saat teman-temanku sibuk memilih akan meneruskan kuliah di mana. Mama sudah memilihkan kampus buat ku. Mama memilihkan aku kuliah dijurusan akuntansi. Sedang aku ingin kuliah di jurusan IPA dan ingin mencoba ke IPB. Keinginanku kandas, karena kedua orang tua ku tidak mengijinkan kuliah diluar jakarta, bahkan ketika aku terpaksa membantah keinginannya justru membuat mama berteriak seraya berkata "Kuliah ditempat pilihan mama atau tidak akan ada yang biayai kamu!". 

          Dunia impian ku serasa runtuh dihadapan ku. Bukannya mamaku yang memegang kendali rumah tangga. Tetap Papa lah kepala rumah tangganya. Hanya saja saat itu kondisi pekerjaan papa sedang memprihatinkan dan untuk biaya kuliahku mama terpaksa membongkar tabungan miliknya yang telah diberikan oleh orang tuanya. 

            Saat UMPTN tiba, aku nekat tetap mencoba universitas yang ku incar. Tapi Allah SWT memang menentukan lain, aku tidak lulus UMPTN. Maka akupun akhirnya berkuliah di kampus pilihan mama. Hari-hari berjalan seperti biasa, dimana aku bangun pagi, membantu membersihkan rumah, memasak nasi, mencuci, dll. 

          Tahun 2005, tepat tanggal 7 januari. Aku kehilangan papa tercinta. Saat itu hari jum'at, papa ada jadwal mengantar rombongan umroh ke bandara. Tetapi papa memutuskan untuk sholat jum'at dirumah. Kebetulan jum'at itu jadwal papa memberikan khutbah. Setelah sholat selesai dilaksanakan, sebagian orang sudah ada yang meninggalkan masjid dan sebagian ada masih didalam masjid. Papa baru saja selesai dari sholat sunnahnya dan bermaksud bersalaman dengan yang lain, tiba-tiba limbung dan jatuh kelantai. Segera dibawa kerumah sakit, tetapi tidak tertolong. Aku telah kehilangan lelaki ganteng ku. 

         Mamalah yang mengambil peran papa. Mama memutuskan untuk membuka warung kelontong kecil dihalaman rumah kami. Hasilnya memang tidak seberapa, tetapi cukup membantu menambah pemasukan. Tak sedikit mama kena tipu, seperti pembeli yang menggunakan uang palsu, berhutang tidak mau membayar, bahkan pembeli yang mengambil barang dagangan saat aku atau mama mencari kembalian uang. 

           Semua usaha itu mama buka menggunakan tabungannya. Setahun telah berlalu, mungkin terasa berat dan melelahkan buat mama yang memang mengidap diabetes sejak beberapa tahun sebelumnya. Suatu hari mama terjatuh dikamar mandi dan membuatnya terserang stroke ringan dengan kondisi bicara kurang jelas, jalan agak pincang. Mama tidak mau dirawat dirumah sakit dan memutuskan untuk dirawat dengan akupuntur dan refleksi saja. Alhamdulillah, keadaannya pulih setelah mengikuti terapi selama tiga bulan. 

        Ternyata ujian kami tidak hanya sampai disini, saat mama sedang berkunjung kerumah kakaknya, mama kembali jatuh dan terkena stroke ringan lagi, dengan kondisi yang sama seperti sebelumnya. Tapi kali ini adik-adik kandung mama memaksa mama untuk dibawa kerumah sakit dan dirawat disana. Mama menangis menolak, tetapi dihiraukan. Saat mendengar kabar ini, aku masih dikampus. Langsung aku memutuskan pulang dan meninggalkan kuliahku. 

            Mama dirawat hanya 10 hari saja, tapi perubahan yang terjadi dengannya sangat drastis. Mama tak lagi bisa bicara, duduk dan berjalan. Bahkan kepulangannya kerumah mama menggunakan kursi roda. Mama hanya bisa terbaring ditempat tidur dan segala sesuatunya aku yang membantu mengerjakan. Mulai dari makan hingga membuang air. 

         Tepat seminggu kepulangannya dari rumah sakit, tiba-tiba pukul 01.00 mama sesak nafas, bahkan seperti orang mendengkur. Akhirnya malam itu juga mama dibawa oleh om ku menggunakan ambulan ke UGD RS setempat, disana mama tidak mendapat kamar ICU. Karena kondisi mama yang harus segera dirawat di kamar ICU membuat aku dan om ku memutuskan untuk pindah RS. Rupanya hal tersebut mempunyai resiko yang sangat berbahaya untuk mama. Berkat perlindungan Allah SWT mama baik-baik saja tiba diRS dibilangan jakarta pusat.

           Mulai saat itu mama dirawat di rumah sakit itu selama 4 bulan dengan bolak-balik antara kamar ICU dan perawatan biasa. Kuliah ku tetap ku jalani seperti biasa, saat ku berangkat kuliah, mama ku titip dengan perawat disana. Adik-adikku juga tetap bersekolah seperti biasa. Hanya saja malamnya pasti kami bermalam disana secara bergantian. 

          Hampir genap empat bulan mama dirawat diRS ini. Kuliahku sudah tingkat akhir, sedang menyusun skripsi. Sambil menjaga diicu, sambil ku bawa buku bacaan untuk melengkapi skripsiku. Saat itu aku juga sudah mulai mencari pekerjaan dan mengirim lamaran via email. Suatu waktu aku menjaga mama di ICU, telponku berdering dan ternyata itu adalah panggilan kerja untuk ku. 

          Meski mama di ICU, tapi dia masih dapat mendengar dan mengerti dengan baik apa yang diucapkan orang disekitarnya. Mama sudah membaik kondisinya dan dipindahkan ke kamar biasa. Aku sudah diterima kerja di daerah jakarta utara. Aku dan adikku bergantian menjaga pagi dan malam. Saat siang mama ku titipkan dengan suster. 

            Setiap keluarga yang menjenguk mama, pasti menyarankan agar aku dan adik-adikku banyak meminta maaf kepada mama dan mengatakan kalau kami semua ikhlas jika harus ditinggal oleh mama. Hal tersebut ternyata membuat mama sedih, karena ketika adikku melakukan itu ada buliran bening disudut mata mama yang jatuh mengalir. Jlebbb, terasa ada pisau yang menusuk dihatiku ketika melihat hal itu. Bagaimana tidak?ketika sedang terbaring sakit dan dikatakan semua yang ada disitu ikhlas jika kita harus "pergi". 

             Tiga hari pertama kerja ku, aku sempat terserang tipes. Karena aku berangkat kerja dari rumah sakit dan pulang kerumah sakit. Tidur juga dirumah sakit, disamping ranjang mama berbaring dan aku dilantai beralaskan selembar kain.

            Akhirnya mama pulang kerumah. Tanteku membantu memberikan suster yang akan merawat mama sehari-hari. 4 hari kemudian, tepatnya hari rabu tanggal 5 April 2005 dimana aku baru saja menerima gaji pertama ku. Tante ku menelpon dan meminta dengan paksa agar aku berhenti kerja untuk menjaga mama karena dikhawatirkan ini adalah saat terakhir bersamanya. Memang dikeluargaku anak perempuan jarang yang boleh bekerja setelah lulus kuliah. 

           Aku bersikeras kalau aku akan tetap bekerja, meski terpaksa membantah permintaan tanteku. Bahkan akhirnya dengan tega ku meminta persetujuan mama untuk tetap bekerja, karena aku percaya ridho orangtua terutama ibu adalah ridho Allah SWT. Aku menghampiri mama yang terbaring diranjang. Lalu aku membisikkan kepadanya "ma, kakak boleh kerjakan?jika boleh, alis mama dinaikkin ya". Alhamdulillah mama merespon pertanyaan ku dengan menaikkan alisnya. Aku sudah mendapatkan restu mama, maka tak ada lagi halangan untuk berhenti kerja.

          Rupanya itu adalah percakapan terakhirku dengan mama. Karena kamis malam, mama sudah mulai tak sadar. Nafasnya sudah memberat dan matanya mulai sering melihat keatas. Suster yang menjaga mama mengatakan agar aku dan adikku membacakan ayat alqur'an disekitar mama. Kami melakukan itu hingga terlelap. Jum'at pagi kuputuskan untuk tidak masuk kerja dan memberikan kabar ini kepada adikku yang sedang kuliah dibogor. Suster yang menjaga mama mengatakan bahwa kotoran mama sudah menghitam. Seingatku itu juga merupakan tanda-tanda selain mata membelalak ke atas.

       Ku menghampiri mama dan membisikkannya kalimat syahadat. Bahkan kata اَللّهُ saja. Berulang tanpa putus ku bisikkan kepadanya. Seraya ku mengabarkan kepada adikku kondisi mama terakhir. Dia minta bicara dengan mama, aku sambung telponnya ke ketelinga mama dan dia berkata "mama, tunggu aya pulang dulu ya". Sedih hati mendengarnya, karena saat kepergian papa dia juga tidak ada dirumah karena sedang kuliah dibogor.

      Pukul 11.00 mama menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah kakak laki-lakinya mengatakan akan menjaga aku dan adik-adikku. Adik kecilku sontak menangis menjerit. Kami mengikhlaskan mama pergi. Mama pergi dihari dan tanggal yang sama dengan papa, tanggal 7 April 2006 dihari jum'at. Aku dan adik-adikku kehilangan mama. Tapi kami tak kehilangan kenangan indahnya. Justru kami merasa belum cukup waktu kami untuk membahagiakannya, karena kami sering membuatnya menangis. Semoga Allah SWT menjaga mama dan papa disana. Semoga Allah SWT mengampuni dosanya dan memasukkannya ke surga yang paling baik. Aamiin..

Nihlaa Hilaby
Diatas dipan kayu 201202051310

posted under | 0 Comments

Malaikat tak Bersayapku

Feb 15

M

Angin bertiup kearahku dan membelai lembut rambutku. Di kala itu sesekali mama merapihkan ikatan rambutku. Teliti sekali memperhatikan setiap detail dari diriku. Aku merindukan sentuhan lembutnya.
***
Ketika aku duduk dibangku TK. Mama yang mengantar, menunggui dan menemaniku hingga pulang. Mama sangat bahagia ketika dia melihat aku dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Mama suka sekali membuatkan aku bekal untuk disekolah. Semua bekal itu mama buat dengan cinta disaat hari menjelang sore. 
 
Saat aku duduk dibangku SD, mama masih suka mengantar aku ke sekolah seraya mengajarkan bagaimana cara menyeberang jalan raya yang aman, mencarikan jalur yang cepat dan juga mencarikan kantin yang sehat untuk jajanku. Mama juga masih suka membuatkan aku bekal, meski ditahun-tahun akhir sesekali mama absen karena kesibukannya dirumah. 
 
 Mama juga perlahan mengajarkan  aku membersihkan rumah. Mulai dari menyapu, melap lantai, membersihkan perabotan, memasak nasi, memasak air, dan hal lainnya. Begitu banyak hal yang mama ajarkan kepadaku, karena aku anak pertama dari empat bersaudara membuat mama berkeinginan agar aku seperti dirinya. Meski aku masih dibangku SD tapi menyapu dan melap lantai menjadi kegiatan baruku. Perasan airku masih belum terlalu kering sehingga kadang membuat lantai becek, tetapi mama tetap mempercayakan kepadaku.

Saat masa SMP, mama tetap menjagaku dengan baik. Karena naluri seorang ibu, mama memaksa aku untuk diantar dan dijemput dengan mobil jemputan sekolah. Oh, mama ku sayang. Betapa beruntungnya aku memilikimu. Pilihan mama itu sungguh menyelamatkan aku dari pengaruh buruk narkoba, pergaulan yang tidak sehat dan kenakalan anak-anak seusai pulang sekolah. Tahun kedua dan ketiga mama sudah mengijinkan aku untuk naik angkutan umum, rupanya saat itu mama sedang mengajari aku bagaimana bentuk kepercayaan dan seperti apa pentingnya menjaga kepercayaan.

Saat aku memasuki dunia SMA itulah masanya aku mulai mencari jati diri. Mama membiarkan aku mencari bentuk diriku sendiri selama masih dijalur yang benar. Mama memantau semua aktifitas termasuk sekolah. Aktifitas ekstrakurikuler yang aku ikuti memang lebih dari satu, yaitu ROHIS (rohani Islam dengan sub divisi teater, leadership, teamwork) dan Olahraga dengan sub divisi Bulutangkis, Tenis Meja, Volley. Pada prinsipnya mama tidak keberatan dengan aktifitasku yang banyak selama aku tetap menjaga kepercayaannya dan menomorsatukan belajar.

Mama adalah malaikat tak bersayap untukku. Ketika lingkungan disekolah mendorong siswanya berkemampuan bahasa inggris yang baik, maka aku terpaksa harus mengikuti kursus bahasa. Saat itu kondisi keuangan papa sangat tidak baik, mama memutuskan menggunakan uang tabungannya untuk membiayai kursus bahasaku hingga selesai meski cara pembayarannya dicicil.

Masa-masa sekolahku dilewati dengan sentuhan malaikat tak bersayapku, begitu juga dengan kuliahku. Mama yang memilih dimana aku meneruskan pendidikanku. Meski awalnya aku menentang keputusan mama hingga kami bertengkar dan membuat mama berkata “ikuti pilihan mama atau tidak ada yang akan membiayai kamu!”. Saat itu kondisi keuangan papa masih kurang baik, maka kembali mama yang akan membiayai pendidikanku. Kesedihanku akan ketidakmampuan untuk menolak pilihan mama tidaklah sesedih hati mama karena pertengkaran itu.

Setiap jalan yang aku tempuh tidak lepas dari sentuhan mama, seperti jalan yang telah ditentukan oleh Allah SWT untuk hidupku. Dikampus pilihan mamalah aku belajar banyak hal, mulai dari berinteraksi dengan orang lain diberbagai organisasi yang aku geluti, belajar bekerja sambil kuliah untuk biaya hidupku sehari-hari dan juga membentuk diriku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam segala hal.

Ditahun terakhir kuliahku, tiba-tiba papa pergi meninggalkan kami untuk bertemu dengan Sang Khalik. Mama memang bersedih, tetapi tak butuh waktu lama untuk kembali berdiri dan menghadapi kenyataan. Mama memutuskan membuka warung dihalaman rumah kami untuk menyambung hidup. 
 
Kepergian papa yang tiba-tiba rupanya cukup berpengaruh kepada mama, karena mama menjadi mudah jatuh sakit. Lebih dari tiga kali mama harus keluar masuk ruang ICU dan ruang perawatan. Kondisi mama membuat kami seperti kehilangan arah tetapi juga “memaksa” kami untuk belajar menjadi kuat seperti mama. 
 
Satu tahun empat bulan setelah kepergian papa, di jumat pertama bulan April mama menghembuskan nafas terakhirnya tepat disampingku. Dunia serasa runtuh karena aku kehilangan malaikat tak bersayapku. Padahal dua hari sebelumnya mama baru saja mengisyaratkan bahwa ia merestui aku untuk bekerja.

Satu hal yang baru belakangan ini aku ketahui ternyata uang untuk membuat warung adalah hasil meminjam dari saudara-saudaranya dan telah dilunasi oleh mama lima bulan sebelum kepergiannya. Betapa mulianya hatimu malaikat tak bersayapku, karena tidak kau biarkan anak-anakmu mengetahui ini hingga akhir hayatmu. Semoga kami dapat menjadi malaikat tak bersayap seperti dirimu.
***
Nihlaa Hilaby~diatas hamparan permadani 2012021412130

posted under | 0 Comments

Berteman dengan Pelangi

Feb 15


Awal Perkenalan
 Dipertengahan tahun Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan aku mulai mengenal sosok Yuni Susilowati, yang kelak menjadi sahabatku. Saat itu kami terdaftar sebagai siswa kelas II. Kami memang satu SMA tetapi tidak pernah sekelas. Awal perkenalan kami bermula di sebuah organisasi ekstra kurikuler sekolah yang bersifat kerohanian (ROHIS-Red). Aku dipilih menjadi Sekretaris Umum dari Badan Pengurus Harian karena kakak kelas menganggap aku orang yang aktif, supel, mudah bergaul dan yang terpenting kata mereka aku cerewet. Aktifitas Keputrian ROHIS ini berupa pertemuan setiap hari jumat, tentu saja diluar jam sekolah. Tepatnya saat para laki – laki sedang melaksanakan sholat jumat. Kami biasanya mengadakan keputrian ini di ruang kelas yang kosong.


 Setiap pertemuan aku bertugas memeriksa daftar hadir anggota. Tugas tersebut membuat aku mengetahui siapa anggota yang aktif dan tidak. Yuni termasuk anggota yang tidak aktif dan sering membolos. Sungguh, anggota seperti ini membuatku sedikit jengkel. Karena mengikuti organisasi ini tanpa paksaan. Jika atas keinginan sendiri tidak serius, bagaimana jika dalam keadaan terpaksa? Hal ini pula yang membuat aku “menandai” yuni dalam memori.


Yuni ternyata anak yang pendiam dan pemalu. Sangat bertolak belakang sekali dengan aku yang supel, cerewet dan tidak pemalu. Rupanya dia sebangku dengan teman SMP-ku. Sesekali aku main ke kelasnya dan mengobrol dengan teman SMP-ku itu, tetapi tak pernah Yuni turut bicara dalam obrolan tersebut. 
 
Terkadang aku melihat Yuni berlari tergesa menuju kelasnya yang hampir memulai pelajaran. Pernah juga aku mendapatinya lari untuk menghindari ikut keputrian Rohis. Hanya sebatas itu aku mengenal Yuni.
***
Kedekatan itu
Pada bulan Mei tahun Dua Ribu Satu, setelah satu bulan penuh aktifitasku dipadati dengan latihan soal untuk menghadapi Ebtanas. Akupun mempersiapkan diri untuk menghadapi UMPTN dengan mengikuti les.

Saat masa seperti ini, sekolah memasuki masa tenang. Kami siswa kelas III tetap datang ke sekolah selama satu minggu untuk pengurusan dokumen pendaftaran UMPTN. Tiba-tiba aku bertemu dengan yuni dan sempat berbincang-bincang membahas rencana UMPTN.


Entah dimulai dari mana (mungkin kehendak Allah SWT juga), rupanya obrolan kami tidak berhenti sampai di UMPTN saja. Saat Yuni hendak pamit pulang, aku mengatakan belum ingin pulang. Spontan yuni mengajak ku untuk main kerumahnya. Letak rumah Yuni tidak jauh dari sekolah. Tentu saja gayung bersambut, karena aku belum mempunyai tempat tujuan.


Sebenarnya aku bukan orang yang pintar berbasa-basi , apalagi dengan orang sependiam dan sepemalu yuni. Tapi tidak untuk kali ini, semua terasa berbeda. Semua meluncur begitu saja dari mulutku, banyak sekali cerita yang terurai bahkan perihal kehidupan pribadiku. Mungkin tak semua orang bisa mengetahui cerita ini dariku. Kepribadian Yuni tidak membuat aku sungkan, saat itu yang kurasakan adalah teman yang baik, teman yang bisa diajak bicara bukan hanya sekedar teman curhat atau pendengar setia.

Tak hanya aku yang bercerita, Yuni juga menceritakan bagaimana kehidupannya, bagaimana dia berinteraksi dengan anggota keluarga dan hal-hal yang membentuk kepribadiannya seperti sekarang. Cerita kami tidak melulu tentang kehidupan, tapi juga masalah “hati”. Sungguh hari itu seperti pertemuan dua orang sahabat lama yang ingin menyampaikan rindu kepada sahabatnya. Itulah pertama kalinya kami berbincang lebih dari sekedar basa-basi.

Perbincangan dari hati ke hati itu menghabiskan waktu lebih dari 4-5 jam hingga tak terasa waktu beranjak sore, mentari pun segera kembali keperaduannya. Maka kuputuskan untuk pamit pulang sebelum orangtuaku mencari. Hari itu kulalui dengan penuh coretan warna kehidupan yang baru.
***
Komunikasiku dengan Yuni semakin baik dari hari ke hari. Meski kami masih suka berpikir, hal apa yang membuat kami dari hari ke hari semakin akrab. Perbedaan karakter yang kami miliki seperti Kutub magnet Utara dan Selatan yang susah disatukan, tetapi itu bukanlah hal yang mustahil.


Saat kami memasuki dunia kuliah, kami mulai sibuk dengan aktivitas kampus masing-masing. Waktu untuk bertemu menjadi terbatas dan minimnya komunikasi yang terjalin. Tak lama dari itu, Yuni harus pindah rumah ke daerah Bekasi yang letaknya cukup jauh dari jangkauan rumahku.

Kami sepakat bahwa komunikasi harus terjalin meski minim dan setidaknya dalam setahun harus ada pertemuan. Biasanya kami akan bertemu setelah lebaran disuatu mall didaerah bekasi (pertengahan antara rumah Yuni dan rumahku). Kami membiasakan untuk saling bertukar hadiah saat hari lahir (ulang tahun-red). Bukan karena ingin merayakan berkurangnya umur kami, tapi sebagai bentuk apresiasi dan kepedulian kami terhadap perjalanan hubungan persahabatan ini.

Hadiah yang diberikan biasanya bukan merupakan surprise, karena disesuaikan dengan kebutuhan saat itu. Setidaknya cara ini cukup berhasil untuk tetap “mengikat” kami hingga sekarang. Meski dalam setahun pernah tidak ada pertemuan sama sekali.

Ditahun Dua Ribu Empat Yuni kehilangan Ibunya, tak lama setelah kepindahannya ke Bekasi. Setahun setelah itu aku kehilangan Ayahku. Disusul Ibuku ditahun berikutnya. Aku sibuk menata ulang kehidupan bersama adik-adikku tanpa kedua orang tua, karena aku adalah anak pertama hingga aku harus menjadi kepala keluarga. Yuni juga sibuk memperbaiki hatinya yang kehilangan sosok Ibu, karena dia adalah anak perempuan satu – satunya dalam keluarga. Semua kondisi itu semakin memperburuk komunikasi kami.


            Perkenalan dengan Kuri (Alm)
Suatu ketika Yuni mengenalkan aku dengan sahabatnya Kuri (Alm) yang kelak juga menjadi sahabatku. Ini bukan yang pertama kalinya dia mengenalkan aku dengan sahabatnya. Sebelumnya aku dikenalkan dengan Heni, Sahabatnya sejak SMP. Yuni pernah mengajak aku main kerumah Heni. Lalu ada Ika, dll.


Yuni adalah tipe yang ingin berbagi kepada semua orang dengan apa yang ia punya. Dari Yuni aku belajar banyak hal. Belajar memahami makna berbagi. Belajar untuk berbagi sahabatku kepada orang lain. Belajar memahami Rahmat Allah dan bersyukur atasnya.

Aku mengenal Kuri secara tidak sengaja, karena Yuni sering cerita dengan Kuri jika dia sedang jengkel denganku. Banyak hal yang Yuni ceritakan, terutama ketidakpekaanku terhadap keinginannya. Memang semenjak kami memasuki dunia kerja, komunikasi yang terjalin semakin buruk. Termasuk dengan hal – hal yang sudah kami sepakati.

Hari itu Kuri berteman dengan ku melalui Yahoo Messengger. Id-nya dia bernama Ik. Foto profile Kuri adalah anak kecil dengan busana daerah memegang toga, seperti kelulusan TK. Karena Id-nya Ik, kupikir dia adalah Ika. Aku mulai membuka pembicaraan mengenai pertemuan kami (aku dan ika) yang sebelumnya gagal. Kuri juga sangat ramah, dia bertanya bagaimana hubungan pertemananku dengan Yuni. Bagaimana komunikasi kami,dll. Aku menjawab dengan santai tapi detail karena dalam pikiranku dia adalah Ika dan perempuan.

            Pertengkaran itu
Dalam tema pembahasan tertentu Kuri tidak merespon dengan tepat pembicaraanku. Timbul kecurigaan dalam batinku, siapakah dia? Aku mendesak Kuri agar menjelaskan siapa dia sebenarnya. Akhirnya Kuri menjelaskan bahwa dia adalah laki – laki dan perkenalannya denganku membawa misi perdamaian. Misi untuk mendamaikan aku dengan Yuni. Sungguh kaget aku dibuatnya, Kuri adalah laki – laki dan membawa misi mendamaikan aku? Aku bertanya dalam hati, apa benar aku dan Yuni sedang bertengkar? Sampai membuat Yuni melibatkan Kuri, sahabatnya itu kedalam “lingkaran” kami?


Memang sejak komunikasi yang buruk itu, sms-ku mudah sekali membuat Yuni terluka. Begitu juga sebaliknya. Luka itu disebabkan banyak hal, pemahaman intonasi yang salah, bahasa pesan itu yang terlalu menyakitkan atau juga karena hati sedang sensitif.


Rupanya saat itu kemarahan Yuni terhadapku mencapai puncaknya. Akumulasi amarah yang maha dahsyat itu tidak ku rasakan. Kuri menceritakan apa maksud dari misi perdamaian itu, apa yang terjadi dengan Yuni, bagaimana kekecewaannya dan tidak adanya kesadaran dari ku.


Bergegas aku menghubungi Yuni lewat Hp, tetapi Hp-nya tidak aktif. Aku memutuskan untuk mengirimkan sms ternyata tidak terkirim. Rupanya Yuni sudah menduga aku akan meneleponnya, maka dengan sengaja Yuni me-non-aktifkan Hp-nya. Lalu aku menelepon ke kantornya, Yuni tidak ingin menerima telepon.


Akhirnya aku menceritakan kepada Kuri bagaimana Yuni mengacuhkan aku. Juga ketidaktahuan aku akan hal ini. Kenapa ini semua dapat memburuk? aku tidak tahu apa sebabnya. Aku ingin meminta maaf dan memperbaiki ini semua. Karena buat aku, Yuni bukanlah hanya seorang sahabat, tapi juga kritikus, pengamat, guru, adik, kakak, saudara juga “pelangi” ku.


Kuri mempercayai keinginan dan kesungguhanku untuk memperbaiki hubungan itu. Kuri memutuskan untuk jadi “penyambung” kami. Kuri menyampaikan kepada Yuni apa yang telah aku sampaikan kepadanya. Yuni masih bersikeras marah kepadaku dan ingin menyudahi persahabatan kami, tetapi Kuri memarahinya bahwa tidaklah baik memperturutkan hawa nafsu, amarah. Apalagi jika sampai memutuskan tali silaturahmi.

Lalu Kuri meminta aku untuk menelepon Yuni kembali. Akhirnya aku berbicara dengan Yuni. Semua keluh kesah kami sampaikan sambil bersama-sama menangis terisak – isak di telepon.

Sejak saat itu kita saling mengingatkan bahwa tak boleh lagi menyimpan amarah, harus belajar lagi mengenali karakter masing-masing, harus punya segudang maaf, sekarung toleransi, satu truk cinta tak terbatas dan segelas airmata. Juga harus setia menjaga amanah, senantiasa komunikasi, menjunjung tinggi keterbukaan,saling tersenyum dan memberikan pelangi untuk sahabatnya.

Setelah pertengkaran hebat itu, kami mulai benar-benar memahami bahwa sebanyak apapun perbedaan tetap bisa dipersatukan dengan cinta karena Allah dan pengertian karena manusia tempatnya salah.

Kini ketika diantara kami mempunyai masalah, lalu belum bertukar informasi mengenai itu. Biasanya akan ada yang bertanya, “hai cinta, apa kabar hari ini?” atau “apakah dirimu baik-baik saja?” atau juga “assalam, apa warnamu hari ini?”. Spontan si penerima pesan akan langsung menjawab pertanyaan itu dan bercerita apa yang terjadi dengannya hari itu.

Lambat laun, kami menjadi sepemikiran dan sepandangan, sehati kata orang. Alhamdulillah pertengkaran hebat itu tidak meninggalkan dendam buat kami, karena dari pelajaran hidup kami masing-masing, kami belajar bahwa menyimpan dendam seperti menyimpan kentang dalam karung yang lambat laun akan membusuk. Dendam juga lambat laun dapat menggerogoti jiwa kami.
Yuni selalu bersemangat dengan hal baru dan berani mencobanya. Aku sudah sejak SMA sangat menyukai novel, berkeinginan menjadi penulis novel dan ingin ikut dalam forumnya. Tetapi aku tidak punya keberanian untuk memulainya karena selalu terbentur dengan pilihan hidup.


Rupanya keinginanku yang sudah lama ini menular kepada Yuni. Yuni jadi penasaran ada apa dengan novel dan forumnya. Dan kini Yuni lah yang “tercemplung” kedalam forum tersebut dan aku memulai ketertarikan dibidang yang lain.

Belakangan ini aku sedang menyukai dunia kuliner, mencoba membuat dan menjualnya tentu saja. Yuni mendukung hobby baruku ini. Aku menyenangi Yuni yang selalu berani mencoba hal baru, karena keberaniannya itu juga pasti akan menular kepadaku.

Kadang sambil bergurau Yuni mengatakan, aku yang membuat kue atau memasak dan dia yang akan menuliskannya. Bahkan obrolan kami sampai khayalan aku membuat restoran makanan sehat atau menjadi pengusaha makanan dan dia menjadi penulis hebat. Sungguh khayalan dan impian yang indah, semoga menjadi kenyataan dan menjadi warna lain dari kehidupan kami.

Yuni selalu bercerita tentang hal baru yang dia temui ataupun tentang hal lama tetapi hikmah tersembunyi yang baru saja terkuak dari hal lama tersebut. Dia juga suka mengajak aku untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan, menasehati aku lewat kelelahannya, mengajari aku lewat kesedihannya. Hal-hal macam itu sangat sarat makna dan semakin membuatku terus berupaya untuk memperbaiki diri dan mengingatkan untuk selalu bersyukur atas Nikmat Allah SWT.

Yuni juga keras kepala, kadang kami bertengkar kecil karena perbedaan pendapat. Kadang dia yang mengalah, kadang aku juga yang mengalah. Yuni kadang emosional. Tapi akhir-akhirnya ini dia belajar banyak tentang lingkungan dan orang-orang disekitar. Menjadikan dia belajar mengendalikan emosi dan mengurangi keras kepalanya.

Dengan penuh airmata perjalanan ini telah kami lalui, penuh tawa canda mewarnai coretan singkat garis kehidupan kami. Amarah dan kebelengguan hati turut memperdayai kami dalam mempertahankan ikatan ini. Warna – warni seperti pelangi.

Entah sampai kapan, tapi aku dan Yuni berharap semua ini takkan berakhir hingga maut memisahkan. Aku dan Yuni bersahabat dengan tulus, kami saling melengkapi dan kami saling menyayangi karena Allah SWT. Semoga Allah memberkahi ikatan ini, juga memberkahi semua ikatan seperti ini yang memang tulus karena Allah SWT. Aammiinn
Persahabatan itu penuh warna seperti berteman dengan pelangi. Warnanya lebih dari satu dan indah pada akhirnya.
Nihlaa Hilaby ~ sudut ruang 251120112359 
 

posted under | 0 Comments
Newer Posts Home

Bertanyalah Dulu

About Me

My photo
DKI Jakarta, Jakarta Timur, Indonesia
Untuk pemesanan, info harga, diskusi, dll call me:0817.911.4305 Pin BB:By request (sms) email:miraa.nihlaa@yahoo.co.id

Jangan COpas!!

Protected by Copyscape Online Plagiarism Checker
Powered by Blogger.