May
22
"Rin, kata bang Idrus kalau memang ingin hasil jerih payahnya tidak abu-abu sebaiknya bekerja sama tukang beras aja. Insya Allah bersih, sebersih berasnya”. Kata Andri sambil memegang telinganya. Sontak neng Karin kaget, tapi ia berusaha menyembunyikannya. Seraya membetulkan letak kacamatanya ia berkata, “maksudmu apa ndri?”.
Sesaat Andri mematikan HP yang dari tadi berada dalam genggamannya, lalu berkata “maaf rin, tadi saya hanya disuruh Pak Jufri untuk menyampaikan ini. Sebetulnya ini hanyalah becandaan anak-anak saja. Hanya saja Pak Jufri ‘minta’ saya untuk menyampaikan kepada Karin sekaligus direkam sebagai bukti saya sudah menyampaikannya”. sambil menunjukkan hp nya kepada Karin
"Astaghfirullah." gumam Karin dalam hatinya. "Ya sudah lah, sana kembali ke tempatmu ndri. Aku tau bagaimana kelakuan pak Jufri dan Bang Idrus." sambung Karin dengan suara tercekat menahan tangis.Tepat lima langkah kaki Andri melangkah keluar dari ruangan Karin dan Rita, tanpa komando meluncurlah butiran-butiran mutiara kecil di mata Karin, seolah tanpa bisa Karin tahan butiran-butiran itupun semakin banyak. Rita pun spontan memberi Karin tisu dan berusaha menenangkannya.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa kompak bersama diruang sebelah, ruang meeting. Rupanya mereka tertawa karena Andri telah menyelesaikan 'tugas'nya dengan baik, dengan suara tegas dan masih tercekat menahan tangis Karin bersuara, "Mungkin bagi mereka alasan gw resign ini klise, tapi itu bukan hal yang layak untuk dijadikan bahan lelucon dan bahan becandaan. Buat gw ini hal serius, ini masalah prinsip!!" kata Karin kepada Rita.
"Sabar rin, sabar. Lo tau kan bosnya emang begitu", sahut Rita. Tanpa Karin sadari, rupanya Rita pun menangis. Sementara itu, masih terdengar suara tertawa di ruang meeting sana. Karin pun masih menangis dan beristighfar dalam hati.
Memang beberapa hari yang lalu Karin mengajukan surat mengundurkan dirinya kepada Supervisornya, Pak Jufri. Alasan Karin mengundurkan diri hanya karena Karin merasa bahwa apa yang menjadi penghasilannya selama ini sudah bergeser status kehalalannya. Karin menyadari bahwa alasannya memang terkesan klise, bahkan bisa dianggap munafik oleh banyak orang. Tetapi Karin tidak pernah mengira bahwa tanggapannya akan seperti ini.
"Bagaimana tidak, Karin sudah 7 tahun lebih berkarya diperusahaan tempatnya bekerja sekarang ini. Tetapi ia masih saja mempermasalahkan tentang 'itu'", begitu salah satu komentar bang Jufri waktu diruang meeting itu.
Banyak komentar negatif yang diterima Karin semenjak pengajuannya itu, karena dianggap tidak seharusnya Karin menjadikan ketidakjelasan status halal itu sebagai alasannya untuk mengundurkan diri. "kenapa tidak dengan alasan menikah?mendapatkan pekerjaan lain?ataupun karena ketidakpuasan atas gaji yang sekarang?" begitu rata-rata komentar orang-orang disekeliling Karin, termasuk Pak Jufri.
Hanya Rita yang mengetahui betul bagaimana maksud Karin sebenarnya, Rita adalah teman kerja Karin dan mereka satu ruangan. Rita yang suka menjelaskan bagaimana duduk persoalan sebenarnya, seperti bahwa keinginan Karin resign bukanlah yang pertama kali, kemudian apa alasannya pun sudah sering dibicarakan Karin kepada Pak Jufri. Hanya saja mungkin selama ini Pak Jufri tidak pernah menganggap itu semua adalah hal serius bagi Karin. Hingga saat Karin mengajukannya secara nyata, Pak Jufri menjadi kecewa, terutama alasan itu.
***
Satu minggu sudah berlalu, tetapi suasana kerja Karin semakin tidak nyaman. Pak Jufri memperlakukan Karin dan Rita secara berbeda. Semua pekerjaan Karin yang berhubungan dengan pak Jufri, harus Karin sampaikan melalui Rita dan Rita akan menyampaikannya kepada pak Jufri, begitu juga sebaliknya. Semua akses Karin terhadap pekerjaannya pun semakin dibatasi, hingga sisa pekerjaan Karin hanyalah hal-hal mudah yang dapat dikerjakan oleh semua orang.
Jum'at pagi ini kantor cukup ramai, kawan-kawan sedang mengobrol diruang meeting. Entah apa yang dibicarakannya, tetapi terlihat sekali keseruan mereka mengobrol. Karin pun menghampiri mereka, dan bertanya apa yang sedang dibicarakan saat itu. "Rit, apa yang lagi diobrolin siy?kayanya seru banget deh". Sapa Karin. "Lo belum denger rin?Kalau bang Idrus semalam kecelakaan motor." jelas Rita. "Astaghfirullah, yang benar Rit?kecelakaan dimana, kapan?terus gimana keadaannya sekarang?" kejar Karin.
"Sabar rin, tenang dong. kenapa jadi lo yang panik?Alhamdulillah, bang Idrus baik-baik saja. Kejadiannya di bawah flyover raya situ tuh. Bang Idrus mau pulang, setelah dari lemburnya, malam jum'at semalam, tepat pukul 24.00. Kata security yang menjaga dibawah sekaligus saksi matanya sih, motornya bang Idrus muter dan terguling-guling. Padahal saat itu jalanan sepi dan dia membawa motornya juga ga dengan kecepatan tinggi malah bisa dibilang pelan. Kondisi terakhir bang Idrus itu, giginya patah dan lepas sebanyak 4 buah. Tangan kanan kirinya terluka, juga bahu kanan kirinya. Nah, kalau menurutnya bang Idrus kenapa dia bisa tiba-tiba jatuh, karena dia merasa tangan kanannya ada yang menariknya hingga kebelakang.
"Innalillahi wa inna ilahi rojiun, ada-ada aja ya". sahut Karin. "kita doakan saja semoga baik-baik semuanya, aammiin". kata Rita. "aamiinn". sambung Karin dan kawan-kawan lain yang memang ada diruangan meeting.
***
Tiba-tiba pintu ruang meeting terbuka, ternyata Fariz yang baru masuk. Setiap pagi memang kami selalu berkumpul dulu di ruang meeting, baru setelahnya kembali kemeja masing-masing atau langsung kelapangan. "Fuih, macetttt ya mba dimana-mana", teriak Fariz. "Biasa hari senin, pada semangat kerja". sambung Rita sambil tersenyum. "Wahhhh, bang Idrus udah masuk. Alhamdulillah. Coba lihat, mana giginya yang ilang?", goda Rita.
Bang Idrus hanya tersenyum tipis, ia berusaha menyembunyikan sigigi yang hilang. Kemudian kawan-kawan berusaha untuk membuat lelucon yang bisa membuat bang Idrus tersenyum lebar. Ketika sampailah pada lelucon yang terlucu, kontan kami semua tertawa lebar seaya melirik ke araha bang Idrus. Ternyata bang Idrus tersenyum lebar, saat bang Idrus tersenyum, kontan kawan-kawan tambah tertawa, dan benar saja, gigi bagian depannya kosong.
Hihihi, jadi saat dia tersenyum, langsung terlihat lidahnya. Tak pelak lagi, bang Idrus pun menjadi bahan becandaan oleh kawan-kawan. Didasari niat isengpun Pak Jufri menghadiahi bang Idrus masker Joker senyum. Katanya agar ketika bang Idrus tertawa tidak terlihat giginya yang hilang.
Jam demi jam pun berlalu. Suasana kantor masih belum banyak perubahan, bahkan Karin merasa dirinya ada atau tidak ada tak berpengaruh besar tetapi ia masih mengerjakan pekerjaan yang tersisa dengan sebaik mungkin. Hingga masuk waktu ashar, tiba-tiba Hp Rita berbunyi dan Rita mengangkatnya, "halo, iya. Terus? yang bener? astaghfirullah...Andri? Kecelakaannya gimana? ya udah, oke-oke".
"Kenapa Rit?" sergah Karin. "Andri kecelakaan Rin, baru saja kejadiannya. Di dekat pintu terminal, dia menghindari trailer, tapi malah menabrak mobil yaris. Sekarang lagi dibawa Fariz ke rumah sakit. karena kabar terakhir, Andri mengeluarkan darah saat dia batuk". kata Rita menjelaskan. Karin menyambar, "Ya Allah, kecelakaan lagi. Astaghfirullah. Mudah-mudahan Andri ga kenapa-napa ya Rit". Lalu Rita mengingatkan untuk sebaiknya segera menunaikan sholat Ashar, "Ayo, kita sholat berjamaah yuk, sekalian mendoakan mereka juga mendoakan agar kita semua dijauhkan dari mara bahaya". ajak Rita. "Hayuk", sahut Karin.
Hal ini terus berputar-putar dikepala Karin, baik saat ia berwudhu dan juga mengenakan mukena. Terlihat dahi Karin sesekali berkerut, seperti orang memikirkan sesuatu yang berat. Lantas Karin mengutarakan kepada Rita apa yang ia pikirkan, "Rit, ini siyh pemikiran gw aja. Kecelakaan yang terjadi dalam seminggu ini, sepertinya Allah SWT sedang memberikan bukti nyata kepada gw bahwa orang-orang yang mendzolimi orang lain pasti ada balasannya, baik ia bercanda atau serius. Bahkan jujur, hal ini membuat gw takut. Takut kalau gw sampai salah bicara. Karena balasan Allah SWT itu sesungguhnya dekat banget sama kita. Cuma kadang kita aja yang ga sadar. Hal ini beneran deh, bikin gw mikir. Jadi bahan interopeksi diri gw, astaghfirullah". sambil terus beristighfar dalam hatinya.
Rita langsung berkata, "maksud lo, mereka kecelakaan gara-gara lo gitu? udah jangan terlalu dipikirin. Emang lo doain mereka yang buruk-buruk? ga kan? mungkin mereka aja kurang hati-hati atau emang lagi rejekinya kecelakaan". " ga ko, gw ga doain mereka yang buruk. Bahkan saat kemarin itupun gw ga berdoa minta dibalas orang-orang yang menyakiti gw. ya, ini hanya jadi pelajaran buat gw aja. Baik bercanda atau tidak, tapi jika sesorang itu tersakiti maka tanpa kita sadari kita sudah mendzoliminya". sambung Karin sambil seraya membetulkan letak mukenanya. "Ya sudah, kita sholat dulu yuk". kata Rita. Akhirnya mereka pun sholat berjamaah, tanpa disadari Rita, diam-diam Karin menangis dalam sholatnya.
Kemudian Karin berdoa " Ya Allah SWT, ampuni aku yaa Robb. Sungguh balasanMu benar-benar dekat. Sedekat detak jantung dengan nadinya. Ampuni Hamba ya Allah, ampuni juga mereka. Berikan mereka keselamatan juga kesehatan. Hamba tak menaruh dendam kepada mereka, karena insya Allah hamba jadikan ini sebagai pengurang dosa-dosa hamba yang menggunung. Jadikan hamba dan mereka orang-orang yang dapat menjaga lisan dan hati ya Allah.. Jadikan peristiwa ini sebagai pembuka hidayah bagi kami ya Allah..". dengan diiringan tetesan airmata , membuat Karin semakin dalam menunduk dan meresapi doanya.
***
Miraa Nihlaa
Recent Comments